Data seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan,
namun kadangkala dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel
distribusi frekuensi tunggal merupakan cara untuk menyusun data yang relatif
sedikit. Perhatikan contoh data berikut.
5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4, 8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6
8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
Dari data
di atas tidak tampak adanya pola yang tertentu maka agar mudah dianalisis data
tersebut disajikan dalam tabel seperti di bawah ini. Daftar di atas
sering disebut sebagai distribusi frekuensi dan karena datanya tunggal
maka disebut distribusi frekuensi tunggal.
Tabel distribusi frekuensi biasa digunakan untuk menyusun
data yang memiliki kuantitas yang besar dengan
mengelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama panjang. Perhatikan
contoh data hasil nilai pengerjaan tugas Matematika dari 40 siswa kelas XI
berikut ini.
Apabila
data di atas dibuat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi tunggal,
maka penyelesaiannya akan panjang
sekali. Oleh karena itu dibuat tabel distribusi frekuensi bergolong dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
- Mengelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama panjang, misalnya 65 – 67, 68 – 70, … , 80 – 82. Data 66 masuk dalam kelompok 65 – 67.
- Membuat turus (tally), untuk menentukan sebuah nilai termasuk ke dalam kelas yang mana.
- Menghitung banyaknya turus pada setiap
kelas, kemudian menuliskan banyaknya turus pada setiap kelas sebagai
frekuensi data kelas tersebut. Tulis dalam kolom frekuensi.
- Ketiga langkah di atas
direpresentasikan pada tabel berikut ini.
Istilah-istilah
yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau
distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.
a. Interval
Kelas
Tiap-tiap
kelompok disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas saja.
Dalam contoh sebelumnya memuat enam interval ini.
65 – 67 --> Interval kelas pertama
68 – 70 --> Interval kelas kedua
71 – 73 --> Interval kelas ketiga
74 – 76 --> Interval kelas keempat
77 – 79 --> Interval kelas kelima
80 – 82 --> Interval kelas keenam
b. Batas
Kelas
Berdasarkan
tabel distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80 merupakan
batas bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76, 79, dan 82
merupakan batas atas dari tiap-tiap kelas.
c. Tepi Kelas
(Batas Nyata Kelas)
Untuk mencari
tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.
Tepi bawah = batas bawah – 0,5
Tepi atas = batas atas + 0,5
Dari tabel di
atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas
kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.
d. Lebar
kelas
Untuk mencari
lebar kelas dapat dipakai rumus:
Lebar kelas = tepi atas – tepi bawah
Jadi, lebar
kelas dari tabel diatas adalah 67,5 – 64,5 = 3.
e. Titik
Tengah
Untuk mencari
titik tengah dapat dipakai rumus:
Titik tengah = 1/21 (batas atas + batas bawah)
Dari tabel di
atas:
titik tengah
kelas pertama = 1/2 (67 + 65) = 66
titik tengah
kedua = 1/2 (70 + 68) = 69
dan seterusnya.
Distribusi Frekuensi Kumulatif
Daftar
distribusi kumulatif ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Daftar
distribusi kumulatif kurang dari (menggunakan tepi atas).
b. Daftar
distribusi kumulatif lebih dari (menggunakan tepi bawah).
Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh data berikut ini.
Dari tabel di
atas dapat dibuat daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih
dari seperti berikut.
Histogram
Dari suatu data
yang diperoleh dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan
disajikan dalam
bentuk diagram yang disebut histogram. Jika pada diagram batang,
gambar
batang-batangnya terpisah maka pada histogram gambar batang-batangnya
berimpit.
Histogram dapat disajikan dari distribusi frekuensi tunggal maupun distribusi
frekuensi
bergolong. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini.
Data banyaknya
siswa kelas XI IPA yang tidak masuk sekolah dalam 8 hari berurutan
sebagai berikut.
Berdasarkan data
diatas dapat dibentuk histogramnya seperti berikut dengan membuat
tabel distribusi
frekuensi tunggal terlebih dahulu.
Poligon Frekuensi
Apabila pada
titik-titik tengah dari histogram dihubungkan dengan garis dan batangbatangnya dihapus,
maka akan diperoleh poligon frekuensi. Berdasarkan contoh di atas dapat dibuat
poligon frekuensinya seperti gambar berikut ini.
Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh soal
Hasil pengukuran
berat badan terhadap 100 siswa SMP X digambarkan dalam distribusi
bergolong
seperti di bawah ini. Sajikan data tersebut dalam histogram dan poligon
frekuensi.
Penyelesaian
Histogram dan
poligon frekuensi dari tabel di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut.
Poligon Frekuensi Kumulatif
Dari distribusi frekuensi kumulatif
dapat dibuat grafik garis yang disebut poligon
frekuensi kumulatif. Jika poligon frekuensi kumulatif dihaluskan, diperoleh kurva yang
disebut kurva ogive. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh soal
Hasil tes
ulangan Matematika terhadap 40 siswa kelas XI IPA digambarkan dalam
tabel di
dibawah.
a. Buatlah
daftar frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari.
b. Gambarlah
ogive naik dan ogive turun.
Penyelesaian
a. Daftar
frekuensi kumulatif kurang dari dan lebih dari adalah sebagai
berikut.
b. Ogive naik dan ogive turun
Daftar frekuensi kumulatif kurang
dari dan lebih dari dapat disajikan dalam bidang Cartesius. Tepi atas (67,5;
70,5; …; 82,5) atau tepi bawah (64,5; 67,5; …; 79,5) diletakkan pada sumbu X
sedangkan frekuensi kumulatif kurang dari atau frekuensi kumulatif lebih
dari diletakkan pada sumbu Y. Apabila titik-titik yang diperlukan dihubungkan,
maka terbentuk kurva yang disebut ogive. Ada dua macam ogive, yaitu ogive naik
dan ogive turun. Ogive naik apabila grafik disusun berdasarkan distribusi
frekuensi kumulatif kurang dari. Sedangkan ogive turun apabila
berdasarkan distribusi frekuensi kumulatif lebih dari. Ogive naik dan
ogive turun data di atas adalah sebagai berikut.
No comments:
Post a Comment